Rabu, 04 Desember 2013

A Doctor



Dokter. Profesi yang akhir-akhir ini sangat meningkat pamornya di kalangan masyarakat di Indonesia akibat kasus yang mengangkat kata ‘malpraktek’. Profesi yang akhir-akhir ini di benci oleh beberapa masyarakat dan menjadi lebih jahat daripada seorang penjahat yang sebenarnya, seperti seorang koruptor, pemakai narkoba, pencuri, pembunuh, dll. Pembunuh. Ya, karena seseorang yang ditangani oleh seorang dokter tidak selamat a.k.a meninggal dunia, dokter itu pun dikatakan sebagai pembunuh. Perlu diketahui juga para dokter tidak menjanjikan sebuah kehidupan. Hidup dan mati tetap berada di tangan yang punya kuasa, Tuhan. Dokter hanyalah berusaha melakukan tindakan sesuai prosedur dengan benar. Pasien dan keluarga harus tetap berdoa untuk kesembuhannya.
Dokter. Profesi yang sangat kontroversial akhir-akhir ini ditambah dengan adanya gerakan aksi solidaritas sejawat pada tanggal 27 November 2013 dimana para dokter mogok kerja kecuali UGD, IGD, ICU, ICCU, OP-CIPTO, VK masih buka. Hal ini membuat para masyarakat makin menganggap dokter sebagai makhluk yang tidak baik. Bahkan para pengacara akhir-akhir ini sangat mencari-cari kasus yang melibatkan ‘kesalahan’ dokter. Pada keadaan seperti ini keadaan para dokter dalam situasi yang sangat sulit mengambil tindakan untuk berusaha menyembuhkan pasiennya karena di bayang-bayangi oleh hal ini. Dikatakan malpraktek padahal sebenarnya itu adalah resiko medis. Nah, dalam masalah ini para dokter memang harus mendetail untuk menjelaskannya karena kalangan masyarakat tidak mengetahui mengenai resiko medis tersebut. Disini saya tidak akan membahas mengenai maslah itu. Saya hanya bisa mendoakan kasus ini agar semua bisa kembali normal seperti semula.
Dokter. Sebuah profesi yang saya cita-citakan saat masih kecil. Entah kenapa saat itu saya mencita-citakan profesi itu. Mungkin itu hanyalah cita-cita yang dikatakan oleh sebagian besar anak-anak saat kecil dan mungkin saya juga salah satu yang mengikutinya. Akan tetapi cita-cita itu terus saja ada di benak saya sampai saya duduk di bangku SMA. Tidak ada cita-cita lain di benak saya selain itu. Saya tidak tahu apa ini panggilan saya atau tidak karena meskipun berbagai orang berkata profesi itu sangat sulit dari mendapatkan sekolahnya maupun saat belajarnya, tapi tetap saja impian itu teguh ada di benak saya. Sudah hampir 3 tahun saya menjadi mahasiswi kedokteran. Berbagai tekanan dan airmata tidak sedikit saya rasakan. Setiap hari berusaha agar mata terus terjaga untuk mempelajari berbagai penyakit. Saya  pun bukanlah sebuah mahasiswa yang selalu di atas. Saya pun sadar ilmu yang saya punya masih belum banyak. Saya masih perlu belajar dan belajar lagi. Hingga akhir-akhir ini berbagai tekanan saya alami di perkuliahan ini. Tekanan yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Entah kenapa saya berpikir dokter adalah bukan visi saya. Jalan menuju dokter itu semakin sulit. Apakah saya bisa mencapai level itu? Pikiran itu terus saja ada dipikiran saya. Di tambah lagi saya bukan orang yang teratas di pelajaran apalagi sebentar lagi saya akan masuk ke rumah sakit (Koass). Saya merasa saya tidak layak untuk mencapai gelar itu. Saya sudah mendoakan visi saya dan setelah itu Tuhan berkata melalui berbagai Firman Tuhan yang saya dengar di kebaktian atau melalui kakak rohani yang saya minta nasehatnya. Hasilnya dari semua itu intinya sama, yaitu mengenai iman dan memberitahukan kepada saya untuk tidak kuatir. Saya pun di ingatkan akan pertolongan Tuhan dari saya tes untuk masuk sekolah kedokteran dan segala pertolongannya saat saya 2 tahun lebih menjalani proses pembelajaran. Ya meskipun bukan universitas yang saya mau, tapi ini pertolongan Tuhan bukan? Banyak yang mengingini sekolah kedokteran tetapi tidak bisa karena tidak lolos tes dan masalah dana. Kalau ditanya sekarang mengapa saya ingin menjadi dokter? Saya akan menjawab karena saya ingin menjadi Saksi Kristus di bidang medis. Saya ingin mereka melihat Kristus yang ada di dalam diri saya untuk menyembuhkan tubuh dan jiwa mereka. Saya ingin membantu mereka mengatasi masalah segala penyakit mereka, baik itu penyakit di dalam tubuh ataupun dalam jiwa mereka. Maka dari itu saya ingin menjadi Dokter Sp. Jp Missionaris.
Tuhan… Itulah mimpiku. RencanaMu bukan rencanaku. Jika semua itu boleh terjadi terjadilah sesuai dengan kehendakMu. Aku percaya semua yang Kau berikan itu baik (Roma 8:28). Semua proses yang boleh Engkau berikan kepadaku adalah baik agar tiap hari karakterku terbentuk hingga aku dapat menjadi serupa sepertiMu. Apapun yang terjadi pada diriku kelak, akan menjadi apa aku biarlah aku terus menjadi alatMu dan terus memuliakanMu sampai akhir hidupku. Aku serahkan semua impianku ke dalam tanganMu :’)
"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."
Amsal 23:18

Missionaris dr. Fany Hanna Paulina, Sp. Jp.

0 komentar:

Posting Komentar